23 Juli 1989, tepat saya hadir di dunia ini. Beruntung walau saya dilahirkan pada saat ekonomi kedua orang tua saya masih sangat minim tapi saya bisa sampai ke tahap start kehidupan saya (sekarang). Dulu rumah saya hanya berukuran 2 x 2 berlokasi di pemukiman kumuh Sukajadi yang mungkin kalau kena hujan kebasahan :'). Bapak, sang pejuang yang sangat saya cintai sampai saat ini dan sang pendamping mama yang berhasil mengubah keadaan tersebut menjadi lebih baik. Dari tempat tersebut kami pindah ke rumah yang layak untuk sekedar berteduh ketika panas dan hujan. Berlokasi di Ledeng tepatnya cirateun, disanalah saya menghabiskan masa kecil saya bersama adik ke-2 saya yang lahir disana. Kami memiliki rumah yang sederhana, dengan kedua pohon cengkeh di halamannya. Ketika bapak akan bergegas bekerja, saya dan adik saya selalu diajak berkeliling dengan motor vespanya, everyday. Dan mama di rumah, membuka sebuah warung kecil, yang masih saya ingat saya selalu ngemil obat maag yang saya ambil secara diam-diam (kalau ga salah waisan) dikarenakan rasanya seperti permen :'). Mencabut selang air tetangga hingga bikin banjir dan saya pun kena pukul mamah, merusak mainan teman hingga didatengin ke rumah sama ibu-nya, ah pokonya masa kecil saya disana menyenangkan.
Tepat tahun 1993, saya sudah tidak tinggal disana lagi, saya pindah ke rumah yang digunakan untuk sekedar berteduh dan berbagi sampai saat ini. Disini saya bertemu dengan sahabat-sahabat yang sampai sekarang ini masih memiliki hubungan yang sangat baik. Tepatnya berada di Kota Cimahi, yang saya cintai sampai sekarang ini dan menjadi Kota sejarah dalam hidup saya. Kehidupan masa kecil saya disini, jarang saya melihat bapak ada di rumah, beliau selalu pergi ke luar kota. Terhibur dengan sebuah pesawat telepon, yang membuat saya menangis kalau bapak menelepon ke rumah karena kangen. Dan sangat terhibur dengan lagu "naek kereta api tut-tut-tut", surprise sebuah kepulangan bapak ke rumah. Kalau bapak sudah di rumah, saya selalu diajak main ke sebuah tempat dimana disitu ada bom-bom car, mandi bola, video game, setiap hari minggu saya selalu menghabiskan waktu disana bersama bapak dan adik saya. Betapa menyenangkannya masa kecil saya disini, tetangga-tetangga banyak yang mengasuh saya, bersama teman-teman kecil lainnya.
Awal pendidikan saya adalah di sebuah TK kecil yang ada di komplek tempat saya tinggal. Dikarenakan saya terlalu manja, ingin selalu bermain. Saya seringkali bolos dan kadang memarahi balik guru saya bila guru memarahi saya, bertengkar dengan teman-teman disana. Saya menghabiskan pendidikan di TK selama 2 tahun yang seharusnya hanya 1 tahun, hahaha. Di bonus 1 tahun pendidikan inilah saya diajarkan kedisiplinan, tatakrama terhadap guru dan teman, kemandirian. Hampir setiap hari di 1 tahun bonus itu saya harus didampingi mama, kalau enggak, saya gak mau pergi ke sekolah, sampai tingkat kekerabatan guru dan mama saya pun menjadi sangat dekat dikarenakan mengurus saya, hahaha, ada baiknya juga ya.
Sampai di tingkat SD, saya masih harus ditemani mama, kalau tidak saya tidak akan sekolah. Sehingga mama menemani saya hingga saya bisa mandiri, tepatnya kelas 2 SD. Karena saya pun mama mempunyai sahabat di sekolah saya, dengan orangtua murid yang sekaligus itu juga sahabat saya pada saat itu. Prestasi saya di SD cukup membanggakan, saya selalu mendapat 10 besar dari kelas 1-4, hingga apapun yang saya minta ke orangtua selalu dipenuhi, dan karena selalu dipenuhi dan saya terlalu menikmati fasilitas tersebut, saya pun anjlok di kelas 5, wah ada 1 nilai merah, saya pun kena marah habis-habisan, dikarenakan itu saya dimasukkan bimbingan belajar di kelas 6, dan itu cukup membantu kembali prestasi saya di sekolah itu, saya kembali mendapat 10 besar di kelulusan SD saya.
Persaingan pada era saya waktu itu sangatlah ketat, nilai rata-rata 8 pun hanya bisa memasuki SMP Negeri yang menempati rangking hampir terakhir, dan saya menempati sekolah itu, harapan saya untuk sekolah di SMP yang saya inginkan gagal hanya berbeda 1 angka pada Nem (Nilai Akhir). Prestasi di kelas 1 SMP saya pun cukup memuaskan kedua orangtua saya, saya kembali mendapat 10 besar disana. Namun di kelas 2 entah mengapa semangat belajar saya turun drastis, nilai akhir di kelas 2 pun tidak memuaskan. Hal itu kembali terjadi di kelas 3, nilai uan saya pun hanya cukup untuk memasuki SMA Negeri di ranking hampir terakhir.
Memasuki kehidupan SMA, meskipun tidak puas karena tidak bisa memasuki SMA yang diinginkan, namun cukup puas karena saya menemukan sahabat-sahabat saya disini. prestasi saya di SMA ini mungkin tidaklah memuaskan dan tidak juga mengecewakan, prestasi saya tidak terlalu menonjol disini. Ditambah saya sudah mulai mengenal bersenang-senang disini. Ke sekolah hanya untuk bermain dengan teman-teman dan bertemu pacar, beruntung saya bisa memasuki kelas IPA yang notabene kelas ini hanya untuk yang memiliki nilai pelajaran eksakta yang bagus. Di kelas IPA ini kembali saya kesulitan untuk bersaing dengan yang lain dalam hal prestasi, saya pun hanya menjadi murid yang biasa-biasa saja, naik kelas dan nilai tidak jelek-jelek amat pun saya sudah bersyukur. Saya dan teman-teman pun memutuskan untuk membuat sebuah band yang akhirnya berhasil memasuki 5 besar band terbaik di sekolah yang bisa tampil di acara besar yang hanya diadakan 1 tahun sekali. Di kelas 3, Saya pun mengikuti sebuah bimbingan belajar untuk membantu saya lulus dan memasuki perguruan tinggi yang diinginkan. Di bimbel tersebut kembali saya menemukan sahabat sampai saat ini. Saya pun lulus dengan hasil yang cukup memuaskan. Saya pun mulai gencar untuk mencari informasi perguruan tinggi yang sangat saya ingin belajar disana. Berbekal materi yang matang, 1 bulan full dengan buku-buku dan latihan soal, saya pun cukup percaya diri untuk mengikuti test. Namun, persiapan saya itu ternyata tidak cukup untuk mengalahkan pesaing-pesaing lain, walaupun saya sudah sangat yakin saya bisa lolos, saya harus menerima kegagalan saya untuk memasuki perguruan tinggi favorit saya. Dengan penuh kekecewaan, saya bingung saya harus memasuki perguruan tinggi apa. Pada saat itu saya sangat minat dengan jurusan yang bisa mengantarkan saya ke dunia biokimia. dan minat saya satu lagi adalah jurusan Teknik Geologi. Di perguruan tinggi swasta, sangatlah jarang menemukan jurusan tersebut, adapun sangat jauh dari tempat tinggal. Hingga akhirnya Bapak saya pun mengantarkan dan mengenalkan saya ke jurusan Teknik Geodesi.
Saya pun kuliah di kampus yang dominan berwarna orange. Saya tidak tahu apa itu Geodesi pada saat itu, pada awal perkuliahan saya masih merasa kecewa karena tidak bisa memasuki perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan. Kuliah saya pun acak-acakan, saya hanya bermain dan bermain. Praktikum pun jarang saya ikuti. Saya hanya menikmati kehidupan saya, bersama sahabat-sahabat saya, dan band saya. Hingga memasuki Tingkat 2 pun IP saya sangat jelek. Hingga akhirnya saya menyadari apa yang ada di geodesi adalah kehidupan saya. Itu ketika saya memasuki tingkat 3 akhir. Saya mulai ingin mempelajari peralatan geodesi, mencari lebih jauh apa sebenarnya yang saya inginkan. Akhirnya waktu menjawab, Bapak saya mengirimkan saya ke kantor tempat ia bekerja, entah bapak saya telah membaca minat saya sejak kecil entah bagaimana, saya sangat menikmati pekerjaan tersebut. Dalam hati berkata, mengapa tidak sejak awal saya diperkenalkan dengan ini semua, mungkin prestasi saya bisa lebih baik. Ya, pekerjaan tersebut berhubungan dengan laut dan dari sejak kecil saya sangat menyenangi lautan. Setelah beres dengan pekerjaan itu pun saya menjadi semangat kuliah, IP semester saya di tingkat 4 cukup bagus, > 3, namun jika diakumulasikan dengan semester2 lalu, IPK saya tetaplah pas-pasan. Saya menyesal, mengapa saya tidak sesemangat ini sejak dulu.
11 Januari 2013 akhirnya saya lulus kuluah. Sudah saatnya penyesalan-penyesalan yang pernah terjadi di hidup saya menjadi literatur kehidupan masa depan saya. Sekarang saya sudah berdiri tepat di garis start, saya berjanji demi hidup saya, saya akan membanggakan kedua orangtua saya. Bismillahirrahmanirrahim.
Bayu Juliana
semoga dimudahkan, aamiin.
BalasHapusgood luck, bay.
saya juga punya cita-cita sama buat ortu.
Terimakasih atas doanya. semoga kita sama-sama dapat mewujudkan apa yg kita harapkan. Amien..
BalasHapusSemangat Bay... :)
BalasHapusSetiap anak pasti ingin memberikan yg terbaik tuk ortu, sebagai ungkapan sayang kita pada ortu. Walau kita suka asik dgn dunia kita hingga sesaat terlupakan niat kita tuk membahagiakan ortu.
Semoga tercapai semua niat baik, membahagiakan ortu.